Makalah




Disusun Oleh :
Slamet Diki Faesal 14.320042
Ahmad Syarifuddin 12.320041
Uslah Charisma 14.32004
Yuarni 14.32004
Nabilan Himatus syahro 14.32004
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program
Studi S-1 PGSD
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE
SUDIRMAN
GUPPI ( UNDARIS )
Kata
Pengantar
Syukur
Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan kepada
Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya lah penulis bisa menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pengelolaan Lingkungan
belajar” .
Terima
kasih penulis ucapkan kepada Ibu Nimas Puspitasari selaku dosen mata kuliah
Manejemen Pembelajaran Kelas SD, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyusun makalah ini sebagai tugas kelompok mata kuliah ini.
Tak
lupa penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman
seperjuangan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah
ini.
Saya
menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu saya memohon kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima
kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan pengetahuan baru yang positif
bagi kita semua.
Jepara, 19 Agustus
2015
Penulis
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Banyak hal yang mempengaruhi
hasil belajar siswa, salah satunya adalah suatu kondisi yang kondusif pada
lingkungan belajar. Untuk mengkondusifkan lingkungan belajar, diperlukan adanya
pengelolaan ingkungan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam pengelolaan
lingkungan belajar.
Suasana atau lingkungan belajar
yang kondusif akan berpengaruh pada proses belajar mengajar siswa cenderung
mendorong anak untuk belajar dengan tenang dan berkonsentrasi.
Pengelolaan lingkungan
belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan
prilaku anak sehingga dapat terpasilitasi dengan baik. Pengelolaan lingkungan
belajar yang baik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, penulis
mengangkat judul makalah ini“Pengelolaan Lingkungan Belajar” agar calon guru
atau tenaga pendidik dapat mengelola lingkungan belajar dengan baik dan dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa konsep
dasar dari pengelolaan lingkungan belajar?
1.2.2 Apa tujuan
dari pengelolaan lingkungan belajar?
1.2.3 Apa hal-hal
yang perlu di perhatikan dalam pengelolaan lingkungan belajar?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
perumusan masalah yang diuraikan di atas tujuan penuisan makalah ini adalah
untuk:
1.3.1 Memahami
pengelolaan lingkungan belajar
1.3.2 Mendeskripsikan tujuan
lingkungan belajar
1.3.3 Memahami hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam lingkungan belajar
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk
calon guru agar mengetahui pengelolaan lingkungan belajar
1.4.2 Untuk guru
agar mengetahui tujuan pengelolaan
lingkungan belajar
1.4.3 Untuk guru
agar bisa mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan
belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengelolaan Lingkungan Belajar
Pengelolaan
berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai
arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen.
Menurut suharsimi arikunto(1990:2) pengelolaan adalah pengadministrasian,
pengaturan, atau penataan suatu kegiatan.[1][1]
Sedangkan
lingkungan belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai wadah atau
lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau pendidikan. Tanpa adanya
lingkungan, pendidikan tidak dapat berlangsung.
Menurut Huta barat
(1986) lingkungan belajar yaitu lingkungan yanga alami dan lingkungan sosial,
lingkungan alami meliputi keadaan suhu dan kelembapan udara, sedangkan lingkungan
sosial dapat berwujud manusia.
Menurut dun dan
dun (1999) kondisi belajar atau lingkungan belajar dpat mempengaruhi
konsentrasi dan penerimaan informsi bagi siswa, jadi lingkungan belajar adalah
lingkungan alami yang diciptakan oleh guru atau orang lain yang bisa menambah
konsentrasi siwa dan pengetahuan siswa secara efisien
Proses
pembelajaran bisa berlangsung pada banyak lingkungan yang berbeda, tidak hanya
terikat pada ruang kelas akan tetapi bisa pada lingkungan umum seperti masjid,
museum, lapangan dan juga bisa berlangsung di sarana dan prasarana sekolahan. [2][2]
B.
Tujuan Pengelolaan
Lingkungan Belajar
Pada proses
belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai tujuan secara umum
yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan siswa dalam lingkungan
sosial, emosional dan intelektual dikelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja dan mengembangkan sikap apresiasi
pada siswa.
Menurut suharsimi
arikunto tujuan pengelolaann lingkungan belajar yang berupa kelas adalah
menjaduikan setiap anak yang berada didalam kelas dapat bekerja(berfikir,
berinteraksi, dan berpendapat) sehingga akan tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien.
C.
Macam-Macam
Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar
merupakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang materi yang didapat dari
gurunya. Lingkunganbelajar tidak berpatok pada lingkungan sekolah atau
universitas akan tetapi lingkungan belajar bisa berada di luar lingkungan
sekolah. Denagan kata lain lingkungan belajar bisa dibagi menjadi 2 macam:
1.
Lingkungan Belajar Indoor
Lingkungan belajar
ini (indoor) lingkungan belajar yang memang sudah disediakan oleh manajemen
sekolahan agar digunakan untuk para siswanya sebagai sumber belajar atau
lingkungan belajar yang ada didalam sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini
bisa berupa perpustakaan, laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang
kelas.
a.
Ruang tempat belajar
Ruang tempat
belajar atau bisa juga disebut dengan ruang kelas sangat berpengaruh terhadap
kegiatan belajar mengajar. Ruang kelas bukan merupakan sebuah wilayah yang
sangat luas dan dalam ruang kelas antara siswa dan guru terlibat dalam berbgai
kegiatan dan menggunakan berbagai wilayah ruang yang berbeda. Guru akan
memfasilitasi kegiatan-kegiatan jika guru mengatur ruang belajar untuk
memungkinkan pergerakan yang teratur, mempertahankan distraksi sesedikit
mungkindan menggunakan ruan yang tersedia secara efisien.[3][3]
Adapun
syarat-syarat kelas yang efisien diantaranya:
1)
Bersih dan rapi
2)
Ventilasi dan pengaturan cahaya nya baik
3)
Perlengkapan dan perabotan kelas masih dalam keadaan baik seperti: papan
tulis dan penghapusnya, meja dan kursi siswa, meja dan kursi guru, alat
kebersihan(sapu, pembersih kaca dan tempat sampah) hiasan dinding, absensi
siswa, peraturan kelas, jadwal piket kelas, gambar presiden dan wakilnya.
jadwal pelajaran, jam dinding dan hal-hal yang menarik lainnya.[4][4]
4)
Sirkulasi udara cukup
5)
Jumlah siswa tidak lebih dari 40 siswa
6)
Dan dapat memberikan keluasan gerak dan komunikasi yang baik antara guru
dan siswa.
b.
Ruang laboratorium
Sekolahan yang
efisien harus mempunyai laboratorium sebagai ruang praktik. Dalam kaitannya
dengan pengelolaan laboratorium, bahan-bahan yang perlu disediakan sangat
tergantung pada jenis laboratoriumnya, diantaranya:
1)
Laboratorium IPA, khusunya fisika, bahan-bahan yang perlu disediakan
biasanya berupa bahan-bahan kimia seperti air raksa, air cuka dan timah. Untuk
laboratorium IPA, khususnya biologi, bahan-bahan yang perlu disediakan biasanya
berupa tumbuh-tumbuhan, kerangka manusia, dan berbagai macam pupuk tanaman.
2)
Laboratorium BAHASA biasanya bahan-bahan yang disediakan lebih berupa
peralatan laboratorium, seperti kaset dan tape recorder
3)
Laboratoriun KOMPUTER perlu disediakan sejumlah perangkat komputer, yang
meliputi layar monitor, keyboard, stavolt, printer dan central
processing unit. Selain perangkat keras diatas, untuk penyelenggaraan
laboratorium komputer perlu disediakan sejumlah perangkat lunak seperti disket
DOS-Utility, disket pemrosesan kata (word processor)dalam bentuk disket wordstar,
chiwriter, word perfect, dan lain sebagainya.[5][5]
c.
Ruang auditorium / ruang serbaguna
Ruang auditorium
atau bisa juga disebut dengan ruang serbaguna yang bisa juga berfungsi sebagai
tempat diskusi atau tempat pertunjukan, dan selayaknya ruang tersebut harus
dilengkapi dengan:
1)
Panggung pertunjukan
2)
Tempat yang luas dan bersih
3)
Kamar mandi laki-laki dan perempuan harus terpisah
4)
Dinding harus dilapisi oleh peredam suara agar tidak bergema
5)
Tempat ganti pakaian laki-laki dan perempuan harus terpisah
6)
OHP atau LCD proyektor
d.
Ruang perpustakaan
Perpustakaan
sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan
murid. Selain memerlukan gedung atau ruang, penyelenggaraan perpustakaan juga
memerlukan sejumlah bahan diantaranya: pensil, pena, kartu peminjaman dan kartu
buku. Sedangkan peralatan-peralatan perpustakaan antara lain: komputer(opag),
stempel peminjaman, jam dinding, sapu, keranjang sampah, daftar kalsifikasi,
dan lain sebagainya. Adapun dalam perabot perpustakaan yang dibutuhkan antara
lain: rak buku, rak surat kabar, rak majalah, kabinet gambar, meja sirkulasi,
lemari atau kabinet katalog, kereta buku, dan papan display. Pengadaan
setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal seperti nilai efisiensi
pengeluaran uang, efisiensi dalam pengaturannya, mutunya baik, enak dipakai,
dan menarik bagi pengelihatan.[6][6]
e.
Lingkungan Belajar Outdoor
Lingkungan belajar
ini (outdoor) adalah kebalikan dari lingkungan belajar indoor yaitu lingkungan
atau sarana belajar yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian
lingkungan belajar ini diciptakan tidak un tuk proses belajar mengajar akan
tetapi bisa digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misalnya: museum,
masjid, monumen, dan lapangan.
a.
Museum
Museum adalah
tempat yang diciptakan oleh pemerintah untuk menyimpan barang-barang bersejarah
sehingga masyarakat luas dapat mengetahui sejarah-sejarah pada masa lampau,
oleh karena itu museum ini bisa digunakan oleh para siswa untuk menggali pengetahuan
tentang mata pelajaran sejarah dan juga bisa digunakan untuk obsrvasi atau
penelitian
b.
Masjid
Masjid adalah
tempat yang digunakan oleh seluruh umat islam untuk menyembah kepada tuhannya
dan di masjid bisa dilakukan proses pembelajaran tidak langsung seperti khutbah
jum’at. Masjid juga bisa dibuat untuk praktik sholat jenazah, praktek wudhu dan
lain sebagainya.
c.
Monumen
Monumen dan museum
merupakan tempat yang bersejarah akan tetapi keduanya berbeda. Monumen
merupakan tempat yang memang ada pada zaman dulu dengan kata lain tempat
tersebut tidak dibuat atau diciptakan oleh tangan manusia, namun tempat itu ada
sebagai bukti sebuah kejadian atau sejarah bukan untuk menyimpan barang-barang
bersejarah
d.
Lapangan
Lapangan identik dengan lahan yang luas tanpa adanya
bangunan apapun. Di setiap sekolah harusnya memiliki lapangan karena lapangan
juga bisa digunakan.
D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Pengelolaan Lingkungan Belajar
1.
Memahami sifat yang dimiliki siswa
Pada
dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir
dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap atau pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan
pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang
subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran
yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang disertai
pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan percobaan,
misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa.
2.
Memahami perkembangan kecerdasan siswa
Jean
Piaget dalam Syah (2008 : 29-32) menjelaskan tentang perkembangan kecerdasan
akal atau perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap, yakni:
a.
Sensory-motor ( Sensori-motor / 0-2 tahun )
b.
Pre-operational ( Pra-operasional / 2 -7 tahun )
c.
Concrete-operational ( Konkret-operasional / 7 – 11 tahun)
d.
Formal-operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas).
Selama
kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap
Concrete-operational dan Formal-operational.
Dalam
periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak
memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah
berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam
sistem pemikirannya sendiri.
Selanjutnya,
dalam perkembangan kognitif tahap Formal-operational seorang remaja telah
memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua
ragam kemampuan kognitif, yakni:
1)
Kapasitas menggunakan hipotesis
2)
Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Dengan
kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu
berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal
pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan
lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi
pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu
abstrak lainnya dengan luas dan mendalam.[1]
3.
Mengenal siswa secara perorangan
Para
siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan
yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus
tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan
belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal
kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga
belajar siswa tersebut menjadi optimal.
4.
Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar
Sebagai
makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, siswa
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa
akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang.
5.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah
Pada
dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena dalam belajar
sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif
untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif
berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak
sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain
dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan
memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis.
Pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang
terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya
berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”,”Berapa?”,”Kapan?”, yang umumnya tertutup ( jawaban
betul hanya satu ).
6.
Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang
kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil
pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu,
hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja
lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan
dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, kaligrafi, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan,
dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa,
dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena
dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.
7.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan
(fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian
(sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat
siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak
selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas
untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan
sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat,
merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan
membuat gambar atau diagram.
8.
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu
hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk
interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak
mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan
umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih
percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus
konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan.
Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan
diri siswa daripada hanya sekedar angka.
Untuk
mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai
dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Beberapa
teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik antara lain :
a.
Memancing aspirasi anak didik
b.
Memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptabel
c.
Memilih bentuk motivasi yang akurat ( misalnya : memberi angka, hadiah, pujian,
memberi tugas, hukuman, dll. )
d.
Menggunakan metode yang bervariasi.[2]
9.
Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental
Banyak
guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan
bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa duduk berhadapan.
Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri berlangsungnya
PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara mental (mentally active) lebih
berarti daripada aktif secara fisik (phisically active). Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah
tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan,
dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru
itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip
PAIKEM.
10.
Pengelolaan Kelas
Masalah
pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan maslah tingkah laku yang
kompleks dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran
secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian
pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang sfektif.
Suatu
kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik
dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan
untuk mencapai tujuan pengajararan. Juga hubungan interpersonal yang baik
antara guru dan anak didik dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat
keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar.[3]
Menurut
Made Pidarta untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal – hal
sebagai berikut :
- Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas – tugas dan diarahkan oleh guru.
- Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok.
- Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku – perilaku masing – masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu – individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing – masing dan bagaimana belajar.
- Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota – anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas dikala belajar.
- Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat ketrampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas anggota – anggota di dalam kelas.
- Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Pengelolaan
berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang mempunyai
arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut juga memenejemen.
3.1.2 Pada proses
belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai tujuan secara umum
yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan siswa dalam lingkungan
sosial, emosional dan intelektual dikelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja dan mengembangkan sikap apresiasi
pada siswa.
3.1.3 Lingkungan
belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang materi yang didapat
dari gurunya. Lingkunganbelajar tidak berpatok pada lingkungan sekolah atau
universitas akan tetapi lingkungan belajar bisa berada di luar lingkungan
sekolah. Lingkungan belajar dapat dibagi dua yaitu lingkungan belajar indoor dan
lingkungan belajar outdoor. Lingkungan belajar indoor adalah lingkungan belajar
yang sudah disediakan oleh manajemen sekolahan agar digunakan untuk para
siswanya sebagai sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada didalam
sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini bisa berupa perpustakaan,
laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang kelas. Sedangkan lingkungan
belajar outdoor yaitu lingkungan atau
sarana belajar yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian lingkungan
belajar ini diciptakan tidak untuk proses belajar mengajar akan tetapi bisa
digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misalnya: museum, masjid,
monumen, dan lapangan.
3.2 Saran
3.2.1 Untuk calon guru sebaiknya memahami
pngelolaan lingkungan belajar dengan baik
3.2.2 Untuk guru sebaiknya mengetahui manfaat
dari pengeolaan lingkungan belajar
3.2.3 Untuk calon guru sebaiknya mengetahui
macam-macam pengelolaan lingkungan belaja
3.2.4 Untuk calon guru sebaiknya mengetahui
hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam pengelolaan lingkungan belajar
DAFTAR PUSTAKA
[1] Muhibbin Syah, Islamic English : A Competency-based
Reading Comprehension, Cetakan Ke-2 ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006
), 30-32.
[2] Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain, Strategi Belajar
Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), 143.
an sebagai sumber
belajar seperti dalam pelajaran olahraga, upacara dan kegiatan ekstrakulikuler.
Bafadal, Ibrahim, Manajemen Perlengkapan Sekolah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2004).
Djahmarah, Saiful
Bahri dan Aswan Zain, Startegi belajar
mengajar (jakarta: rineka cipta, 2010).
Evaston, Carolyn
M. dan Edmund T. Emmer, Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar (Jakarta:
Kencana, 2011).
Samal, Sharon E.,
Dino dkk., Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar (Jakarta:
Kencana, 2011).
Komentar
Posting Komentar