Materi




Disusun Oleh :
Ahmad
Syarifuddin 12.320041
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program
Studi S-1 PGSD
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTRE
SUDIRMAN
GUPPI ( UNDARIS )
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah, merupakan
satu kata yang sangat pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat
dan karunia-Nya lah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Kurikulum”
Terima kasih penulis ucapkan
kepada ibu dosen, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyusun mataeri ini sebagai tugas kelompok mata kuliah ini.
Tak lupa penulis juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman seperjuangan dan semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan materi ini.
Saya menyadari bahwa masih
sangat banyak kekurangan yang mendasar pada materi ini. Oleh karena itu saya
memohon kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga materi ini
bisa memberikan pengetahuan baru yang positif bagi kita semua.
Jepara,
12 September 2015
Penulis
Kelompok
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi
selalu berkembang dan mengalami kemajuan sesuai dengan perkembangan zaman dan
perkembangan cara berpikir manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut juga menyebabkan terjadinya perkembangan dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan itu pula menyebabkan perubahan pandangan terhadap tujuan
pendidikan sehingga diperlukan adanya perubahan dan penyesuaian kurikulum.
Pengembangan kurikulum
dilaksanakan sebagai langkah antisipasi dalam menjawab tantangan yang muncul
akibat perkembangan - perkembangan tersebut dengan tetap memperhatikan situasi
dan kondisi serta norma-norma yang berlaku di masyarakat. Langkah pengembangan
kurikulum diatur sedemikian rupa sesuai dengan hakekatnya agar peserta didik sebagai komponen pembelajaran mendapat kompetensi yang
memadai dalam menguasai dan memanfaatkan teknologi sesuai dengan yang
diinginkan.
Guru memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan
mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Di kelas juga segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan
segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat
individualnya, kurikulum dengan segala
komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya
bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Guru harus memiliki, memahami
dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas,
meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan
bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini, guru dituntut untuk terampil memilih
atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus
manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.
Oleh karena
itu, pada kesempatan yang berharga ini, penulis menyusun suatu materi dengan judul PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan materi ini adalah agar kita
sebagai calon guru dapat:
1. Mengetahui peranan guru dalam pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui Hakekat
Pengembangan Kurikulum
3. Mengetahui Prinsip-Prinsip
Pengembangan Kurikulum
4. Mengerti Landasan
Pengambangan Kurikulum
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Guru Dalam
Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum
sebagai implementasi. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan
kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari dokumen dalam bentuk
kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, ada kurikulum berarti ada
pembelajaran, dan sebaliknya ada pembelajaran ada kurikulum.
Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai pelaksananya.
Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum karena ia merupakan
pelaksana kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikannya karena tanpa itu kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat
pendidikan. Dan sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa kurikulum sebagai
pedoman. Dengan demikian guru menempati posisi kunci dalam implementasi
kurikulum.
Selanjutnya
dalam proses pengembangan kurikulum peran guru lebih banyak dalam tataran
kelas. Murray Print (1993) mengemukakan peran guru dalam tingkatan tersebut
sebagai berikut :




Dilihat dari
segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara lain yang bersifat sentralisasi,
desentralisasi
dan sentral-desentral :
1. Peranan Guru dalam
Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat
sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan. Kurikulum makro disusun oleh tim
khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari
kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu
satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa hari saja.
Kurikulum untuk satu tahun disebut
prota, dan kurikulum untuk satu semester disebut dengan promes. Sedangkan
kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut Rencana Pembelajaran.
Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran memiliki
komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media
pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda. Tugas
guru adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun
bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan
anak, memilih metode dan media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode
dan alat yang tepat. Suatu kurikulum yang tersusun secara sistematis dan rinci
akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah
tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan
penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian. Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada
kreatifitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga berkewajiban
untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan
pengajarannya, membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif
dan kooperatif serta memberikan pengarahan dan bimbingan.
2. Peranan Guru dalam
Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh
sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah.
Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun lingkungan wilayah
tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas
karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah
tersebut. Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah
atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.
Bentuk kurikulum ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain : pertama, kurikulum
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua,
kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan
profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru
sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat,
ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru), untuk mengembangkan diri,
mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan
terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum. Beberapa kelemahan kurikulum ini
adalah: 1) tidak adanya keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman
demi persatuan dan kesatuan nasional, bentuk ini kurang tepat. 2) tidak adanya
standart penilaian yang sama sehingga sukar untuk diperbandingkannya keadaan
dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan sekolah/ wilayah lainnya. 3) adanya
kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/ wilayah lain. 4) sukar
untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional.5) belum semua
sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum
sendiri.
3. Peranan Guru dalam
Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral
Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk
kurikulum tersebut, bentuk campuran antara keduanya dapat digunakan yaitu
bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola secara
sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam pengembangan kurikulum lebih
besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru turut
berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam program
tahunan/ semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun
kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalam merumuskan dalam setiap komponen dan
unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti itu, mereka mempunyai
perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum. Karena guru-guru sejak awal penyusunan
kurikulum telah diikutsertakan, mereka memahami dan benar-benar menguasai
kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih
tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi pengguna, tetapi perencana,
pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana serta evaluator
kurikulum.
2.2 Hakikat Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu
komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan. Di dalamnya tidak
hanya mengandung rumusan tujuan yang harus dicapai, tetapi juga pemahaman
tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap anak didik.Begitu
pentingnya fungsi dan peran kurikulum dalam menentukan keberhasilan pendidikan,
karena itu kurikulum harus dikembangkan dengan fondasi yang kuat.
Pengembangan kurikulum pada
hakekatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran
yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.
David Pratt (1980) mengemukakan
bahwa istilah lebih mengena dibandingkan dengan pengembangan yang mengandung
konotasi. Desain adalah proses yang disengaja tentang suatu pemikiran ,
perencanaan dan penyeleksian bagian-bagian, tehnik dan prosedur yang mengatur
suatu tujuan atau usaha. Dengan pengertian tersebut, pengembangan kurikulum
diartikan sebagai proses atau kegiatan yang disengaja dan dipikirkan untuk
menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan
pembelajaran oleh guru di sekolah.
Seller dan Miller (1985)
mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus, yang meliputi Orientasi, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi.Seller memandang bahwa pengembangan kurikulum harus
dimulai dari menentukan orientasi, yakni kebijakan-kebijakan umum meliputi enam
aspek : tujuan pendidikan, pandangan tentang anak, pandangan tentang proses
pembelajaran, pandangan tentang lingkungan , konsepsi tentang peranan guru, dan
evaluasi. Berdasarkan orientasi selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi
pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam bentuk proses pembelajaran dan
dievaluasi. Dari pendapat Seller tersebut, pengembangan kurikulum pada
hakekatnya adalah pengembangan komponen-komponen yang membentuk sistem
kurikulum itu sendiri serta pengembangan komponen pembelajaran.[1][2]
Dari
penjabaran tersebut kita dapat mengetahui Hakikat kurikulum adalah
suattu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah
tujuan pendidikan tertentu. Makna kurikulum akan dapat dirasakan manakala
diiaplikasikan, pengaplikasian akan semakin terarah jika sesuai dengan
kurikulum rencana, dan selanjutnya hasil pengaplikasian tersebut akan
2.3
Prinsip prinsip kurikulum
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan
disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masyarakat yang sedang membangun. Pengembangan kurikulum harus
didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan
agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat,
kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat
memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum
menjadi delapan macam
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional.Tujuan kurikulum merupakan
penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan
tertentu.Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap
dan nilai.Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik
yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
2.
Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system
penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat,
tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3.
Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien
dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar
dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan sedemikina
rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran.Waktu yang tersedia bagi
siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara tepat
sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga
disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya,
hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber
kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran,
yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.
4.
Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi
atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan
setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum
disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan
di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian, maka yang dialaksanakan
program ketrampilan pendidikan industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa
ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan
sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi
faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
5.
Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya
bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan,
tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang
bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn,
tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan
keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa
dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6.
Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara
proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara
semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin
dikembangkan.Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara
unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan
keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan
menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pribadi.
7.
Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan
konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua
pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan
keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Disamping itu
juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi
antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
8.
Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu,
yang berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh
derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang bermutu.
Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan
nasional yang diaharapkan.
2.4
Landasan Pengembangan Kurikulum Di
Sekolah Dasar
Sebuah
gedung yang tinggi tentu memiliki landasan atau fondasi yang kuat agar dapat
berdiri dengan tegak, kuat dan kokoh sehingga bisa bertahan sangat lama.
Sebaliknya, jika sebuah bangunan tidak memiliki fondasi yang kuat dan kokoh,
maka bangunan tersebut lambat laun akan cepat ambruk atau hancur. Begitupun
juga hal ini terjadi terhadap pengembangan kurikulum.
Apabila
landasan atau fondasi kurikulum/pendidikannya lemah dan tidak kuat, maka hal
yang terjadi adalah berdampaknya terhadap lemahnya perkembangan anak pada aspek
pengetahuannya. Landasan kurikulum pada dasarnya adalah faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada saat melakukan mengembangkan suatu
kurikulum di suatu lembaga pendidikan, baik itu di tingkat sekolah dasar maupun
di tingkat lanjutan (SMP, SMA).
Menurut ahli
bidang kurikulum Robert S. Zais (1976), mengemukakan bahwa kurikulum pada suatu
lembaga pendidikan, didasarkan pada lima landasan (foundations) yaitu,
landasan filosofis (philosophical assumption), hakikat ilmu pengetahuan
(epistemology), masyarakat dan kebudayaan (society and culture),
individual/siswa (the individual), dan teori-teori belajar (learning
theory).
Sejalan dengan
pendapatnya Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Omstein & Hunkins, 1988)
menjelaskan bahwa ada tiga aspek yang melandasi pada pengembangan kurikulum,
antara lain landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan sosiologis.
Berikut
penjelasan dari ketiga landasan tersebut.
- Landasan Filosofis. Dalam pengertian secara umum, filsafat adalah cara berpikir secara radikal, menyeluruh, dan secara mendalam (socrates) atau suatu cara berpikir yang menjelaskan sesuatu secara mendalam. Plato mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Filsafat pada pendidikan adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi terhadap pendidikan. filsafat tersebut akan menentukan arah kemana siswa akan dibawa. filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pandidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa/negara atau masyarakat dan bahkan guru sekalipun akan mempengaruhi pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Dengan demikian, tujuan pendidikan disuatu negara berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lain. hal itu disesuaikan dengan falsafat yang dianut pada negara tersebut. Kaitan antara filsafat pendidikan dengan kurikulum dapat dikatakan berkaitan sangat erat. mengapa demikian? karena tujuan pendidikan sangat diwarnai oleh falsafah/pandangan hidup yang dianut suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan oleh negara tersebut juga akan mencerminkan falsafah/pandangan hidup tersebut. Pada masa penjajahan belanda, kurikulum yang dianut sangat berorientasi kepada kepentingan politik negara belanda saat itu. begitu pula saat penjajahan jepang, kurikulum yang dipakai berpijak pada falsafat bangsa jepang. Pada masa orde baru, kurikulum pendidikan disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan serta falsafat bangsa indonesia, yaitu Pancasila. begitu pula pada masa reformasi, kurikulum mengalami pengembangan dan inovasi ke arah kebutuhan dan peradaban dunia. hal ini menuntut untuk senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan manusia pada masa yang akan datang (hari esok) berdasarkan pengalaman yang lalu.
- Landasan Psikologis. Pendidikan berkaitan dengan tingkah laku manusia. Oleh karena itu, hadirnya pendidikan diharapkan dapat merubah tingkah laku para siswa menuju kedewasaannya, baik secara fisik, mental/intelektual, moral, dan sosialnya. Melalui kurikulum, diharapkan dapat membentuk watak anak/siswa yang berperilaku baru yang berupa kemampuan-kemampuan aktual dan potensial dari para siswa serta kemampuan-kemampuan baru yang berbudi pekerti dalam waktu yang relatif lama sebagai karakter budaya bangsa Idonesia.
- landasan Sosiologi. Landasan sosiologis merupakan sebuah kajian tentang pengembangan kurikulum yang dikaitkan dengan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Ketiga hal tersebut sangatlah mempengaruhi terhadap penetapan pada isi kurikulum. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Siswa merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik/jasmani, intelektual, sosial, emosional, dan moral, khususnya bagi perkembangan anak sekolah dasar yang sangat butuh perhatian, bimbingan, dan motivasi. begitu pentingnya pendidikan budi pekerti di sekolah dasar, senantiasa membawa guru dapat melaksanakan tugas yang mulia ini untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa ke arah yang lebih baik atau optimal dari sekarang ke masa depannya. Dengan demikian, apa yang dididikkan dan bagaimana cara mendidik siswa khususnya anak sekolah dasar, harus disesuaikan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak. karena perkembangan yang di alami anak sekolah dasar pada umumnya diperoleh dari belajar. Dari hal-hal tersebut maka dapat diuraikan, terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting untuk diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, yakni psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ketentuan isi kurikulum yang akan diberikan kepada siswa dengan tujuan agar tingkat keluasan dan kedalaman materi/bahan ajar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Sedangkan psikologi belajar merupakan pemberian sumbangan bagi kurikulum dalam hal bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. hal ini berarti berkenaan dengan strategi kurikulum.
B. Saran
Dalam sebuah peribahasa disebutkan “Tiada
Gading yang Tak Retak” dan juga tidak ada satupun yang sempurna didunia
ini, karena kesmpurnaan hanya milik Allah, begitupun materi ini yang kami yakin
masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran maupun kritik membangun dari
semua pihak
Komentar
Posting Komentar